Selasa, 12 November 2013

Si Buah Kelapa dan Keguguran Tanpa Kuretase.

Pernah keguguran? Oh betapa sedihnya, ditambah dag dig dug dan khawatir harus melakukan kuret. Apa itu kuret? Kenapa harus dikuret? Mungkin sobat bisa lebih mengetahuinya lewat tenaga ahli atau sumber lain yang lebih akurat, karena disini saya akan memaparkan sebagai konsumen dan masyarakat yang telah mengalami, bukan sebagai ahli kedokteran atau tenaga kesehatan.

Berbekal pengalaman pribadi dan share dengan teman dekat dan saudara yang telah mengalami keguguran, kebanyakan keguguran terjadi di usia kandungan 8  minggu. Hal ini mungkin sedikit dapat dimengerti mengingat masa itu masih rentan bagi wanita hamil apalagi hamil pertama. Banyak hal yang yang menjadi penyebabnya, faktor kesehatan /imunitas ibu dan atau ayah, pola makan dan aktifitas harian misalnya. Namun akhir-akhir ini keguguran akibat virus semakin banyak menyerang ibu hamil. Virus toxo, hsv, rubella biasanya yang sering menyebabkan keguguran. Virus tsb dapat bersumber dari kotoran hewan, daging yang dimasak setengah matang dan sayuran mentah yang kurang bersih.Untuk lebih jelasnya, sobat bisa searching mengenai virus tsb dan akibatnya terhadap ibu hamil.

Kembali ke kuretase atau kuret (sunda; kiret) dan keguguran. Untuk sebagian besar keguguran memang lebih aman dilakukan tindakan pembersihan rahim dengan kuretase. Selain mempercepat proses pengeluaran janin yang gugur, kuret juga mengurangi rasa mulas dan pendarahan yang lumayan relatif sakit jika dibiarkan keluar sendiri dengan bantuan obat. Namun itu pun tergantung usia kandungan dan kebijakan dokter yang menangani. Seringnya, keguguran dibawah 8 minggu hanya menggunakan obat untuk mengeluarkan janin. Namun dua kali saya mengalami keguguran (usia 8 minggu dan 7 minggu) justru semuanya dikuret. Pertimbangan kebersihan rahim, menurut dokter. Ya memang, habis dikuret darah hampir bersih dan tak mengalami masa nifas lama ( hanya flek 1-2 hari). Selang seminggu pasca curetase, usg menyatakan rahim bersih. Dan biasanya dokter menyarankan untuk hamil kembali minimal sesudah jarak 6 bulan. Mungkin dengan pertimbangan pemulihan rahim dan perbaikan kualitas nutrisi calon ibu.

Lalu bagaimana jika tidak ingin dikuret juga tak mau mengunakan obat? Oh rewelnya,hehe,,,memang sakit aja mesti rewel. Bagi mereka yang pro obat tradisional memang ada resep sederhananya, dan saya coba mebuktikan. Di usia kandungan 12 minggu saya kembali mengalami keguguran yang ketiga kalinya. Karena ketakutan kuretase sebelumnya saya memilih untuk tidak memiih jalan kuret. Lalu menanyakan resep alaminya pada paraji (ibu-ibu yang biasa membantu proses persalinan alami), dan beginilah resepnya:

- kelapa muda (tidak harus kelapa hijau), diambil air dan kelapanya, dicampur gula batu secukupnya, direbus hingga mendidih. Biarkan hangat kuku.
- minum satu kepala per hari, biasanya janin keluar setelah 3-4 hari.
Dan benar saja di hari ke-4 gumpalan darah keluar dengan sendirina. 3 kepalan dara beku dan sisa-sisanya keluar sampai sekitar satu minggu (nifas).

Awalnya tidak yakin, tapi itulah dengan pelantara khasiat buah kelapa dan kehendak Alloh swt semua saya alami.

Bagaimana dg sobat?
Semoga ini bisa menjadi bahan share buat sobat yang pernah atau sedang mengalami keguguran.
Semoga ALLOH swt meridhoi usaha kita.amin.

Rabu, 06 November 2013

Membangun sikap mental di masa 'Golden Age'

Menakjubkan! Kata yang selalu menemani hari-hariku bersama buah hati, Hanif Habibie. Setiap saat adalah kejutan. Betapa tidak, buah hati yang kutemani sehari-hari sedari dalam kandungan kini telah beranjak besar. Si bayi mungilku telah mencapai 19 bulan. Pertumbuhan yang menakjubkan secara fisik dan perkembangan yang membahagiakan secara psikis.

Begitu saya rasakan betapa masa bayi sampai balita menjadi masa golden age untuk anak. Tidak hanya kepekaan kognitif yang harus saya bangun, namun kesadaran emosional menjadi lahan garapan yang lebih penting  bagi anak di masa emas ini. Apa yang kita pikirkan tak bisa, sesungguhnya ia sedang belajar dengan apa yang ia lihat, mengamati meski belum bisa melakukan, menghapalkan meski belum dapat melapalkan. Apa yang menjadi kebiasaan kita menjadi teladan baginya. Dan itu saya rasakan ketika ia mulai belajar mengekspresikan diri, lewat celotehnya, lewat gerak anggota badannya bahkan hanya sekedar lewat kedipan matanya. Oh luar biasa! Begitu surprise melihat perkembangannya, melakukan sesuatu yang tidak saya ajarkan secara langsung. Tapi saya sadari memang hal yang ia perbuat adalah yang ia lihat sehari-hari dari saya sendiri dan lingkungan sekitar.

Mengajaknya ngobrol meski ia belum bisa berkata adalah kebiasaan saya dan keluarga. Mengubah mind set saya untuk tidak menganggap anak belum bisa atau belum tau karena masih kecil adalah salah satu usaha saya agar kreatifitasnya tidak terbatasi. Memberi kesempatan pada si kecil untuk melakukan sesuatu, meski dengan konsekuensi butuh waktu lama dan sabar. Ini menjadi momen pelatihan emosi bagi saya. Memberikan apresiasi sekecil apapun yang telah dapat ia lakukan, dengan tepukan tangan, pelukan atau ciuman sayang, saya percaya mampu membangun kepercayaan dirinya.

Mengatakan 'ia' pada sesuatu yang boleh dilakukan dan mengalihkan perhatian pada hal yang memang tidak semestinya dilakukan. Mengubah intruksi "jangan" untuk penyampaian yang efektif memang tidak mudah, namun menjelaskan intruksi 'kebalikannya' saya percaya akan menambah wawasan baru baginya. Justru ketika masih kecil penjelasan terhadap sesuatu hal mesti dilakukan karena masa golden age adalah masa penyerapan, masa kehausan anak akan informasi tentang lingkungannya. Jadi jangan takut membiasakan jujur sejak dini, katakan ia pada hal yang boleh dilakukan dan beri penjelasan. Dan beri penjelasan pada hal yang semestinya tidak dilakukan, sehingga ia pun belajar menganalisis mana yang mesti dilakukan dan mesti ditinggalkan.

Demikian sedikit pemahaman saya dalam belajar mendidik anak. Dan entah menurut teorinya benar atau tidak, tapi 80% saya merasa puas dengan buah hati saya. Secara kognitif dan emosional saya merasa tak memiliki kesulitan berarti dalam mendidiknya. Alhasil meski dia anak yang aktif, tapi dia bisa mengekspresikan keinginannya pada orang tuanya, tegas dan jelas menyiratkan mau atau tidak mau. Meminta penjelasan apa dan mengapa. Bagi saya itu adalah salah satu sikap mental yang perlu saya apresiasi yang kelak menjadi bekal dan menjadi prinsip hidupnya kelak.

I luv u Habibie-ku,,,
Mungkin raga ini tak kan sepenuhnya bersamamu terus. Karena sebentar lagi kau akan punya lingkungan, setelah kau TK, SD, SMP dst., lingkunganmu akan terus bertambah, kuantitas waktu kita akan berkurang atau bahkan kualitasnya. Namun biarkan hati kita yang terus menyatu lewat bimbingan Rohmat Alloh swt. Maka perkenankan mamahmu menemani di masa emasmu, memberi bekal meski hanya setetes pengalaman dan setitik debu pengetahuan.

Sabtu, 02 November 2013

BUAH HATI,,,OH BUAH HATI, "Yang terbaik akan datang pada waktu dan keadaan yang terbaik"

Membaca iklan di sosial media tentang salah satu usaha memperoleh keturunan. Duh, rasanya sampai sebegitu besarnya sebuah pengharapan akan hadirnya buah hati di tengah kebahagiaan pernikahan. Ya memang, tak bisa dipungkiri bahwa hadirnya tangisan si kecil menjadi sesuatu yang sangat dinanti dalam sebuah rumah tangga.

Namun, melihat teman dan kerabat sekitar yang nyatanya mendapatkan kendala dalam usaha memperoleh keturunan kini semakin banyak. Keguguran di usia dua bulan kehamilan seolah jadi hal biasa saya dengar sekarang ini. hal ini mengingatkan pengalamanku beberapa tahun ke belakang, bagaimana merasakan sedihnya pasca keguguran, apalagi untuk anak pertama yang begitu dinantikan. 
Berat memang, namun bagaimanapun sulitnya itu adalah pengalaman yang semestinya diambil hikmah untuk kembali menjalani kehidupan yang lebih baik. 

Ditengah kesedihan, ada harapan, petuah dan do'a dari kerabat sekitar yang menjadi semangat baru untuk terus berusaha. Bahwasannya keturunan adalah amanat, tidak semata-mata nikmat, yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban orang tua dalam mendidiknya.
Dan bahwa segala sesuatu yang terbaik itu akan hadir di waktu dan keadaan yang terbaik menurut pandanganNya. 
Kadang apa yang kita anggap baik menurut kita belumlah tentu menurut pandangan 
Alloh swt. Dengan mengingat demikian, maka kepasrahan akan tumbuh dan kembali semangat beusaha secara lahiriah.

Momentum mengoreksi diri dan bermuhasabah atas apa yang terjadi. Ber'positif-thinking' saja bahwa mungkin dengan hal ini kita diberi kesempatan untuk lebih bersiap diri sebagai orang tua, mempelajari kembali ilmu parenting baik secara teori agama maupun dunia. 
Karena keturunan yan kita inginkan pastilah bukan sekedar makhluk yang lahir lalu dibiarkan tumbuh apa adanya dengan pengetahuan orang tua yang seadanya. Tentulah mengharap anak yang sholeh diawali dengan teladan orang tua yang semangat berilmu dan beramal sholeh juga.

Mensyukuri bahwa dengan hal ini kita masih diberi kesempatan berdua dengan suami, menambah keromantisan dan saling memahami kembali. karena mungkin saja momen berdua ini akan kita rindukan setelah hadirnya si buah hati dengan segala kesibukan dan perhatian yang terbagi.

So, nikmatilah dengan kesuyukuran, karena pada saatnya nanti "sesuatu yang terbaik akan hadir di waktu dan keadaan yang terbaik, dan untuk memperoleh yang terbaik dibutuhkan kesabaran dan usaha yang terbaik pula.

Terima kasih untuk orang sekitar yang selalu menyapaku "kapan hamil, kapan punya anak, sudah ngisi belum. semua jadi harapan dan do'a.

Jumat, 01 November 2013

Anak Demam? Ini treatment alaminya,,,

Anak pertama,luar biasa! Begitu mungkin perasaan setiap bunda dan para ayah yang baru dikarunia buah hati untuk pertama kalinya. Luar biasa dalam penyambutannya, begitu antusias calon orang tua dalam mempersiapkan hal-hal menyangkut si buah hati. Persiapan sebelum kehamilan, pada saat kehamilan dan hingga anak lahir semua terasa istimewa. Keistimewaanpun tak berhenti sampai disitu, karena setiap pertumbuhan dan perkembangan adalah momen terindah yang semestinya tidak terlewatkan.
Pada saat tumbuh kembangnya, bayi terus mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikis. Maka tak jarang perubahan tersebut menimbulkan gejala alami tubuh membangun antibodinya disertai gejala fisik berupa demam misalnya. Menghadapi demam si buah hati untuk pertama kalinya? Oh gimana rasanya,,. Bingung, khawatir, takut ini itu dan segala rasa yang mendukung ke arah kepanikan. Namun keadaan tersebut dapat diantisipasi jauh-jauh hari dengan pengetahuan dan referensi dari pengalaman orang-orang di sekitar kita.
Berikut treatment saya jika menghadapi si buah hati demam:
*pertama dan penting, berusaha bersikap tenang dan positif thinking saja bahwa demam adalah fase alami yang mesti dilewati setiap manusia khususnya bayi dalam rangka tumbuh kembang.
* selalu sedia thermometer, cek setiap perkembangan derajat demam.
* biasanya anak rewel dan  malas mengunyah atau sampai malas makan, namun asupan nutrisi mesti terus ada walaupun hanya sedikit. Andalan saya biasanya jus alpukat, jambu atau mangga (tanpa gula dan es tentunya).
* AIR PUTIH menjadi bagian terpenting yang selalu saya berikan teratur dan terus menerus walaupun hanya sedikit-sedikit. Karen saya berkeyakinan bahwa panas dapat luruh lewat pembuangan urine.
* Ramuan nenek moyang yang terlihat kuno dan bau lebih mensugesti saya untuk kesembuhan si buah hati ; bawang merah dibakar sebentar, diparut, campur minyak kelapa dan minyak telon. Oleskan pada ubun-ubun, perut, punggung lengan dan kaki.
* Dari banyak hal diatas, DO'A dan DEKAPAN IBU adalah penambah mujarabnya ikhtiar kita.
Jadi, jangan lewatkan momen menegangkan menghadapi sesuatu yang serba pertama ini. Sebab dibalik sakitnya si buah hati terselip hikmah besar, salah satunya semakin mendekatkan hati ibu dan buah hati.
Congratulation for new mom anywhere. Our baby is uniq human.